Berikut Strategi Jihad di Era Digital

Berikut Strategi Jihad di Era Digital berikut strategi jihad di era digital

PORTALISLAM.CO.ID – Sebagai agama rahmatan lil alamin pasti Islam dituntut untuk selalu memberi respon perubahan jaman secara cepat. Kekuatan menyesuaikan dengan jaman akan melestarikan keberadaan Islam di tengah-tengah warga yang aktif. Kebalikannya, bila lelet dalam menyesuaikan akan mengantar peradaban Islam jadi puing riwayat.

Pada diri umat Islam memiliki kewajiban perjuangkan agamanya dengan beberapa cara yang sesuai garis perjuangan Rasulullah SAW dan Al-Quran atau yang umum disebutkan Jihad fi sabilillah.

Pada kerangka saat ini jihad jangan dilaksanakan secara tekstual yaitu berperang menantang lawan Islam dengan senjata serba hebat, tetapi jihad di jaman digital ini harus disimpulkan berbentuk merealisasikan kenyamanan di tengah-tengah warga.

Pertanyaannya selanjutnya taktik apa yang perlu dilaksanakan umat Islam untuk berjihad di zaman digital saat ini?

1. Tidak menyebarkan berita bohong di media sosial. Dalam Al-Qur’an Surat An Nur ayat 9 disebutkan:

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang sangat keji itu (berita hoax) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. An Nur: 19)

Dalam menyikapi adanya kabar hoaks, Allah SWT bahkan sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al Hujurat: 6)

Melalui ayat tersebut, Allah SWT jelas-jelas sudah mengingatkan kita agar selalu memeriksa sebuah informasi dengan teliti, mencari kebenaran dibalik suatu berita supaya terhindar dari hoaks. Oleh karena itu, ayat tersebut sangat diperlukan untuk diperhatikan mengingat jaman sekarang teknologi sudah semakin canggih.

2. Tidak menghina , menjelekkan, dan menyebarkan aib (keburukan) orang lain di medsos
Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal, setiap orang pasti mempunyai kekurangan. Boleh jadi ada yang cantik dalam rupa, namun ada kekurangan dalam gaya bicara, baik dalam segi penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinggung, kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain dan lain sebagainya.

Meskipun kita boleh mengukur akan sifat seseorang, kita tidak boleh mengungkapkan atau menjelekkan, bahkan mengejek sifat seseorang tersebut karena hal itu bisa menjadi sebuah ‘aib’ orang tersebut. Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain, karena bisa jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-ngolok). Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (QS. Al Hujurat: 11)

Dalam sebuah hadis riwayat Tirmidzi juga disebutkan:

وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Artinya: Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. (HR. At Tirmidzi)

Dari penjelasan di atas, masihkah kita akan mengumbar kejelekan orang lain?

3. Mengajak kebaikan di media sosial, yakni berdakwah tidak harus menunggu kita menjadi sempurna kebaikannya, sebisa mungkin mengajak orang lain untuk lebih banyak berbuat baik sekalipun kita belum bisa melakukan semua yang kita sampaikan. Allah SWT berfirman:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: Dan hendaklah ada diantara segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)

Ringkasannya, lakukan kebaikan dan menahan terburukan harus terus kita kerjakan tak terbatas waktu, dan tempat. Sepanjang masih tetap ada manusia hidup, sepanjang belum kiamat, kesempatan pahala atas sesuatu yang kita kerjakan sepanjang hidup di dunia akan kita petik sampai akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan