PORTALISLAM.CO.ID – “Ini adalah era baru untuk berdemo dengan cara berbeda. Tidak ada yang akan berubah jika orang bodoh masih diberi kekuatan yang sangat besar. Pemimpin tertinggi dalam teknologi harus ditugaskan kepada seseorang yang mengerti, bukan politisi dan bukan seseorang angkatan bersenjata. Karena mereka hanya orang-orang bodoh.” Ini petikan pesan Bjorka yang dimuat CNNIndonesia.
Beberapa pesan Bjorka jadi hidup di dunia riil sesudah beragam media mainstream menyampaikan munculnya Bjorka ini. Di jagat maya, kedatangan Bjorka telah diulas beberapa hari dengan keseluruhan beberapa puluh juta viewers, baik di tiktok, YouTube, Twitter, dlsb . Maka penting untuk kita membahas kedatangan Bjorka ini.
Bjorka, mengeklaim mempunyai beberapa data diantaranya, data Presiden Republik Indonesia, Jokowi; mempunyai data 1,3 milyar konsumen setia mobile, mempunyai data pembunuh Munir, data pemilih KPU, data Menkominfo, mempunyai data Erick Tohir dan Puan Maharani. Ia memberikan ancaman akan membedah dan terus membedah beberapa data ini. Saat Menteri Kominfo meremehkan Bjorka, dikabarkan Bjorka mengungkapkan data personal si menteri dalam suatu situs berkaitan Bjorka. Argumen pombocoran info ialah ia menyaksikan kondisi Indonesia telah terlampau kronis. Orang-orang yang bernada memberi kritikan disingkirkannya.
Hendrajit, pakar Global Taktikc, menganalisis Bjorka tidak bisa dibanding dengan Assange, Wikileaks. Baik rasio perang atau ke autentikan isi bocoran. Wikileaks memiliki rasio global, anti kapitalisme. Beberapa data Wikileaks juga fenomenal.
Tetapi, menurut dia tidak boleh meremehkan Bjorka, karena Bjorka bisa saja stylenya saja yang lelucon, tetapi ia akan beresiko nantinya pada akhirnya. Disamping itu, sebuah analitis yang tersebar di WA Grup, dengan judul “Bjorka dan CIA”, yakini jika ada sentuhan CIA (intelijen Amerika) pada style bocor-bocoran Bjorka. Menurut dia, target Bjorka dengan mengusung kembali kasus pembunuh Munir, targetnya ialah Hendropriyono dan jaringan yang terkait dengan kasus Sambo. Kasus Sambo dibedah karena berkaitan logistik pemilu di depan.
Pada CNN Indonesia TV, kemarin, Alfons Tanujaya, pakar IT, menjelaskan jika upload Bjorka bukan Hoaks. Menurut dia akan beresiko bila data seorang yang bocor dari data kependudukan digabungkan dengan data kebocoran dari konsumen setia mobile, akan hasilkan bahan data penting untuk penipuan, dalam rasio kecil, tetapi sanggup memengaruhi opsi seorang dalam pemilihan presiden, dalam jumlah besar. Bergantung siapa yang hendak manfaatkan data itu. Dalam rasio individu, kita menyaksikan bagaimana kebocoran data personal reporter senior Ilham Bintang yang dahulu trending, yang digunakan pada pembobolan bank serta dihubungkan dengan pembayaran pajak.
Seorang pengacara muda yang menganalisa Bjorka di TikTok membuat judul “Mungkinkah Bjorka Akan Jadi Pahlawan Indonesia”. Pertanyaan ini mengelitik kita, karena, Bjorka serupa dalam film “V for Vendetta”, manusia bertopeng, yang menantang pemerintah yang zalim. Bjorka tampilkan diri sebagaimanusia bertopeng. Tuntutan Bjorka ialah satu, saat ini waktunya Revolusi. Dan Bjorka percaya dengan kekuatannya merusak pemerintahan yang zalim. Ini logis dalam zaman saat ini, di mana ditangan satu handphone, semua mekanisme data pembangkit listrik, data lalu lintas trafik, data perbankan dan lain-lain, bisa dipegang dan di kacau kan.
Bila betul Bjorka ialah kemampuan baru di dunia “Big Data dan Internet of Things”, yang sanggup lakukan Revolusi lewat jagat maya, karena itu kita pasti sunguh-sungguh masuk pada zaman baru. Tetapi, menurut saya, tetap pergerakan rakyat di dunia riil, tidak boleh ditinggal. Terutamanya ingat upload pesan Bjorka yang anti peningkatan BBM, di tweeter, “Apa kabarnya Bu Puan Maharani? Bagaimana rasanya rayakan ulang tahun saat beberapa orang protes harga BBM pas di muka kantor anda?” Pesan ini memperlihatkan keutamaan protes jalanan.
Sebagai penutup, kita menyaksikan analisis Drone Emprit, pakar Big Data, yang menyaksikan sambutan atas Bjorka tidak saja dari golongan oposisi, tetapi juga dari beberapa orang yang sedih pada mekanisme keamanan dan keadilan Siber pada zaman pemerintah Jokowi. Pikirkan bila ke depan Bjorka betul-betul mengungkapkan data presiden? Mengungkapkan dalang kasus KM50? Apa yang hendak terjadi? Guncangan sosial kah? Mudah-mudahan Bjorka benar-benar pada pihak rakyat saat ia arahkan Revolusi.
Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan (Sabang Merauke Circle)