Sejarah Islam: Inilah Raja Pertama yang Merayakan Maulid Nabi

Sejarah Islam: Inilah Raja Pertama yang Merayakan Maulid Nabi sejarah islam inilah raja pertama yang merayakan maulid nabi

PORTALISLAM.CO.IDPortal Islam Jawa Timur, Tidak berasa kembali umat Islam akan masuk bulan Rabi’ul Awalnya, semua umat Islam di Indonesia mengingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam langkah. Antiknya, sebelum serta saat bulan Rabiul Awalnya, di sejumlah wilayah seperti pada Madura masih tetap mengingatinya meskipun habiskan dana yang lumayan besar.

Selainnya berharap syafaat Rasulullah, masyarakat yakin jika mengingati maulid akan datangkan keberkahan dan rejeki yang berlimpah.

Dijelaskan oleh Assayid Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Al-Alawy, hari senin dibuatnya beberapa tanaman, makanan, buah-buahan sebagai dasar hidup manusia.

Dan kata Rabi’ memiliki arti bunga. Musim Rabi’ ialah empat musim yang terjadi dalam satu tahun. Yaitu, musim bunga (rabi’), musim rontok (kharif), musim panas (shaif) dan musim dingin (syita). Dengan begitu, Rabi’ musim paling indah atau keelokan agama yang diusung oleh Rasulullah SAW.

Riwayat menulis, orang yang pertama kalinya mengingati kelahiran Nabi secara semarak dan besar ialah Raja Abu Sa’id Kaukabri bin Zainuddin Ali bin Baktikin atau Raja Ibril (sekarang Baghdad) yang masuk ke daerah Irak. Gelar tersohor yang dipunyainya, Malikul Mudhafar.

Raja kelahiran 549 H, meninggal dunia 630 H dikenali pimpinan yang shalih dan berakidah Ahlussunnah wal Jemaah. Selainnya dikenali pemurah hati, pemberani, arif, pintar, dan alim, dia seorang figur yang memakmurkan mushola Agung Al-Mudhafari dan membuat Kampus Al-Muzaffar (Al-Jaami’ Muzhaffary) di kaki Gunung Qaasiun.

Buat pastikan guratan riwayat itu, Ibnu Katsir, Imam Suyuthi dan Ibnu Zauji mengatakan jika Malikul Mudzafar ialah orang yang pertama kalinya menggelar maulid Nabi yang besar dan istimewa setiap bulan Rabi’ul Awalnya. Untuknya, Nabi diutus ke Bumi menjadi karunia untuk semua alam.

Diterangkan oleh Imam Suyuthi dalam kitab Al-Maqadis fi ‘Amali Maulid dan Ibnu Zauji dalam kitab Mir’atuz Jaman, Maha Raja Al-Malikul Mudzafar mengundang semua pimpinan beberapa negara lain, ulama, dan rakyatnya. Bahkan juga memuat tamu luar negeri supaya ikut rayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kesemarakan itu benar-benar spesial dan hebat, seperti menyembelih beberapa ribu kambing dan unta yang disajikan untuk beberapa tamu dan kemewahan yang lain. Pasti semuanya yang dia kerjakan mempunyai tujuan untuk senang bersama semua kalangan masyarakat, ajak untuk melakukan perbuatan baik, mengucapkan syukur pada Allah, dan menambahkan kesayangan pada Nabi Muhammad SAW.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan