Tafsiran “Tauhid” Dan Syahadat “Laa Ilaha Illa Allah”

Tafsiran "Tauhid" Dan Syahadat "Laa Ilaha Illa Allah" tafsiran tauhid dan syahadat laa ilaha illa allah

PORTALISLAM.CO.IDKajian Islam, Firman Allah Ta’ala: “Beberapa orang yang diseru oleh golongan musyrikin itu, mereka sendiri selalu usaha untuk dekatkan diri pada Tuhan mereka, siapa dari mereka yang lebih dekat (kepadaNya), dan mereka menginginkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya, sebenarnya siksa Tuhanmu ialah suatu hal yang (harus) ditakutkan.” (Al-Isra’: 57)

“Dan (ingat-ingatlah) saat Ibrahim berbicara ke bapak dan kaumnya; Sebenarnya saya melepas diri dari semua apa yang kamu sembah, terkecuali Allah saja Tuhan yang sudah membuat saya, hanya karena Ia yang hendak menunjukiku (ke jalan kebenaran).” (Az-Zukhruf: 26-27)

“Mereka, jadikan beberapa orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selainnya Allah, dan (mereka mempertuhankan juga) Al-Masih putera Maryam, walau sebenarnya mereka itu tidak ada lain hanya diperintah untuk melaksanakan ibadah ke Satu Sembahan, tidak ada Sembahan yang haq selainnya Ia. Maha Suci Allah dari tindakan syirik mereka.” (At-Taubah: 31)

“Dan antara manusia ada beberapa orang yang menyembah saingan-tandingan selainnya Allah, yakni dengan menyukainya seperti mereka menyukai Allah. Adapun beberapa orang yang memiliki iman sangat benar-benar cintanya ke Allah…” (Al-Baqarah: 165)

Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa ucapkan Laa ilaha illa Allah dan memungkiri sesembahan selainnya Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya ialah terserah ke Allah ‘Azza wa Jalla.”

Kandungan dalam tulisan ini:

Ayat dalam surah Al-Isra’. Dijelaskan dalam ayat ini bantahan pada golongan musyrikin yang menyeru (minta) ke beberapa orang shaleh. Karena itu, ayat ini memiliki kandungan suatu hal keterangan jika tindakan mereka itu syirik besar.
Ayat dalam surah Bara’ah (At-Taubah). Dijelaskan dalam ayat ini jika golongan Pakar Kitab sudah jadikan beberapa orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selainnya Allah, dan dijelaskan jika mereka tidak ada lain cuma diperintah untuk melaksanakan ibadah ke Satu Sembahan yakni Allah.
Walau sebenarnya tafsir ayat ini, yang terang dan tidak dipersoalkan kembali, yakni patuhi beberapa orang alim dan rahib-rahib dalam perlakuan mereka yang berlawanan dengan hukum Allah; dan tujuannya bukan golongan Pakar Kitab itu menyembah mereka.

Bisa ditarik simpulan dari ayat ini jika tafsir “Tauhid” dan Syahadat “Laa ilaha illa Allah” yakni: pemurnian ketaatan ke Allah, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.

Kalimat Al-Khalil Ibrahim ‘alaihissalam ke beberapa orang kafir: “Sebenarnya saya melepas diri atas sesuatu yang kamu sembah, terkecuali Allah saja Tuhan yang sudah membuat aku…”
Di sini beliau mengecuali Allah dari semua sembahan. Pembebasan diri (dari semua sembahan yang bathil) dan pengakuan setia (ke Sembahan yang haq, yakni Allah) ialah tafsir yang sebetulnya dari syahadat “Laa ilaha illa Allah.” Allah Ta’ala berfirman: “Dan Ibrahim jadikan kalimat tauhid itu kalimat yang abadi pada turunannya, agar mereka kembali (ke jalan kebenaran).” (Az-Zukhruf: 28)

Ayat dalam surah Al-Baqarah yang terkait dengan beberapa orang kafir, yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan mereka tidak segera dapat keluar neraka.”
Disebut dalam ayat itu jika mereka menyembah saingan-tandingan selainnya Allah, yakni dengan menyukainya seperti mereka menyukai Allah. Ini memperlihatkan jika mereka memiliki kesayangan yang besar ke Allah, namun kesayangan mereka itu tidak dapat masukkan mereka ke Islam.

Dari ayat dalam surah Al-Baqarah ini bisa ditarik simpulan jika tafsir “tauhid” dan syahadat “Laa ilaha illa Allah” yakni: pemurnian kesayangan ke Allah yang disertai dengan rasa rendah diri dan penghambaan cuma kepada-Nya.

Lantas bagaimanakah sama orang yang menyukai sembahan-nya semakin besar dibanding kesenangannya ke Allah? Selanjutnya, bagaimana sama orang yang cuma menyukai sesembahan selainnya Allah hanya itu dan tidak menyukai Allah?

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Siapa saja ucapkan Laa ilaha illa Allah dan memungkiri sesembahan selainnya Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya ialah terserah ke Allah ‘Azza wa Jalla.”
Ini ialah terhitung hal paling penting yang menerangkan pemahaman “Laa ilaha illa Allah”. Karena apa yang jadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai perlindungan darah dan harta bukan sekadar ucapkan kalimat “Laa ilaha illa Allah” itu, bukan juga dengan pahami arti dan lafadznya, bukan juga dengan mengaku kebenaran kalimat itu, bahkan juga bukan pun tidak minta terkecuali ke Allah saja, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Namun tidak haram dan terlindungi harta dan darahnya sampai ia menambah ke penyuaraan kalimat “Laa ilaha illa Allah” itu penyangkalan ke semua sembahan selainnya Allah. Bila ia masih sangsi atau ragu, karena itu tidaklah haram dan terlindungi harta dan darahnya.

Benar-benar agung dan sangat penting tafsir “Tauhid” dan syahadat “Laa ilaha illa Allah” yang terdapat di dalam hadits ini, benar-benar terang info yang disampaikannya dan benar-benar memberikan keyakinan argumentasi yang disodorkan untuk orang yang melawan.

Dikutip dari buku: “Kitab Tauhid” karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Penerbit: Kantor Kerjasama Da’wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

PORTALISLAM.CO.ID – Kajian Islam, Firman Allah Ta’ala: “Beberapa orang yang diseru oleh golongan musyrikin itu, mereka sendiri selalu usaha untuk dekatkan diri pada Tuhan mereka, siapa dari mereka yang lebih dekat (kepadaNya), dan mereka menginginkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya, sebenarnya siksa Tuhanmu ialah suatu hal yang (harus) ditakutkan.” (Al-Isra’: 57)

“Dan (ingat-ingatlah) saat Ibrahim berbicara ke bapak dan kaumnya; Sebenarnya saya melepas diri dari semua apa yang kamu sembah, terkecuali Allah saja Tuhan yang sudah membuat saya, hanya karena Ia yang hendak menunjukiku (ke jalan kebenaran).” (Az-Zukhruf: 26-27)

“Mereka, jadikan beberapa orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selainnya Allah, dan (mereka mempertuhankan juga) Al-Masih putera Maryam, walau sebenarnya mereka itu tidak ada lain hanya diperintah untuk melaksanakan ibadah ke Satu Sembahan, tidak ada Sembahan yang haq selainnya Ia. Maha Suci Allah dari tindakan syirik mereka.” (At-Taubah: 31)

“Dan antara manusia ada beberapa orang yang menyembah saingan-tandingan selainnya Allah, yakni dengan menyukainya seperti mereka menyukai Allah. Adapun beberapa orang yang memiliki iman sangat benar-benar cintanya ke Allah…” (Al-Baqarah: 165)

Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa ucapkan Laa ilaha illa Allah dan memungkiri sesembahan selainnya Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya ialah terserah ke Allah ‘Azza wa Jalla.”

Kandungan dalam tulisan ini:

Ayat dalam surah Al-Isra’. Dijelaskan dalam ayat ini bantahan pada golongan musyrikin yang menyeru (minta) ke beberapa orang shaleh. Karena itu, ayat ini memiliki kandungan suatu hal keterangan jika tindakan mereka itu syirik besar.

Ayat dalam surah Bara’ah (At-Taubah). Dijelaskan dalam ayat ini jika golongan Pakar Kitab sudah jadikan beberapa orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selainnya Allah, dan dijelaskan jika mereka tidak ada lain cuma diperintah untuk melaksanakan ibadah ke Satu Sembahan yakni Allah.

Walau sebenarnya tafsir ayat ini, yang terang dan tidak dipersoalkan kembali, yakni patuhi beberapa orang alim dan rahib-rahib dalam perlakuan mereka yang berlawanan dengan hukum Allah; dan tujuannya bukan golongan Pakar Kitab itu menyembah mereka.

Bisa ditarik simpulan dari ayat ini jika tafsir “Tauhid” dan Syahadat “Laa ilaha illa Allah” yakni: pemurnian ketaatan ke Allah, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.

Kalimat Al-Khalil Ibrahim ‘alaihissalam ke beberapa orang kafir: “Sebenarnya saya melepas diri atas sesuatu yang kamu sembah, terkecuali Allah saja Tuhan yang sudah membuat aku…”

Di sini beliau mengecuali Allah dari semua sembahan. Pembebasan diri (dari semua sembahan yang bathil) dan pengakuan setia (ke Sembahan yang haq, yakni Allah) ialah tafsir yang sebetulnya dari syahadat “Laa ilaha illa Allah.” Allah Ta’ala berfirman: “Dan Ibrahim jadikan kalimat tauhid itu kalimat yang abadi pada turunannya, agar mereka kembali (ke jalan kebenaran).” (Az-Zukhruf: 28)

Ayat dalam surah Al-Baqarah yang terkait dengan beberapa orang kafir, yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan mereka tidak segera dapat keluar neraka.”

Disebut dalam ayat itu jika mereka menyembah saingan-tandingan selainnya Allah, yakni dengan menyukainya seperti mereka menyukai Allah. Ini memperlihatkan jika mereka memiliki kesayangan yang besar ke Allah, namun kesayangan mereka itu tidak dapat masukkan mereka ke Islam.

Dari ayat dalam surah Al-Baqarah ini bisa ditarik simpulan jika tafsir “tauhid” dan syahadat “Laa ilaha illa Allah” yakni: pemurnian kesayangan ke Allah yang disertai dengan rasa rendah diri dan penghambaan cuma kepada-Nya.

Lantas bagaimanakah sama orang yang menyukai sembahan-nya semakin besar dibanding kesenangannya ke Allah? Selanjutnya, bagaimana sama orang yang cuma menyukai sesembahan selainnya Allah hanya itu dan tidak menyukai Allah?

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Siapa saja ucapkan Laa ilaha illa Allah dan memungkiri sesembahan selainnya Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya ialah terserah ke Allah ‘Azza wa Jalla.”

Ini ialah terhitung hal paling penting yang menerangkan pemahaman “Laa ilaha illa Allah”. Karena apa yang jadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai perlindungan darah dan harta bukan sekadar ucapkan kalimat “Laa ilaha illa Allah” itu, bukan juga dengan pahami arti dan lafadznya, bukan juga dengan mengaku kebenaran kalimat itu, bahkan juga bukan pun tidak minta terkecuali ke Allah saja, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Namun tidak haram dan terlindungi harta dan darahnya sampai ia menambah ke penyuaraan kalimat “Laa ilaha illa Allah” itu penyangkalan ke semua sembahan selainnya Allah. Bila ia masih sangsi atau ragu, karena itu tidaklah haram dan terlindungi harta dan darahnya.

Benar-benar agung dan sangat penting tafsir “Tauhid” dan syahadat “Laa ilaha illa Allah” yang terdapat di dalam hadits ini, benar-benar terang info yang disampaikannya dan benar-benar memberikan keyakinan argumentasi yang disodorkan untuk orang yang melawan.

Dikutip dari buku: “Kitab Tauhid” karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Penerbit: Kantor Kerjasama Da’wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.

Tinggalkan Balasan